Tetangga Kontrakanku dan Emansipasi Wanita

Emansipasi wanita adalah suatu hal yang sering didengung-dengungkan pejuang HAM dan kesetaraan gender. Anggapan mereka bahwa dengan bekerjanya wanita sebagaimana pria merupakan simbol dari kehidupan modern. Sekilas anggapan ini masuk akal, saya tidak tahu, siapa yang mendidik para pejuang HAM ini, apakah dengan bekerjanya ibu-ibu mereka di luar rumah mereka akan bahagia?!

Contoh di depan mata adalah para tetangga kontrakan saya. Di salah satu sudut perkampungan tidak jauh dari kawasan industri dimana saya tinggal, hidup ratusan keluarga yang bekerja sebagai buruh. Kontrakan mereka, hanya satu kamar, berdesak-desakan antara suami, istri dan anak. Wajarnya, yang bekerja adalah sang suami, walaupun terkadang sang istri ikut menjadi buruh membantu menopang kehidupan ekonomi.

Namun, tidak jarang, dan Anda pun dapat menjumpai mereka: istri-istri mereka bekerja sebagai buruh, sedangkan sang suami bekerja serabutan, ada yang jadi tukang ojek, sebagiannya bekerja seadanya. Dan jelas, karena sang istri bekerja (bahkan terkena shift hingga harus masuk tengah malam), yang menjaga dan mengurus anak mereka adalah Sang Suami.

Katakanlah, wahai pejuang HAM, inilah yang kalian inginkan? Inikah kemajuan? Inikah kehidupan modern yang kalian gembar-gemborkan? Kalian perjuangkan wanita untuk bekerja layaknya kaum pria?

Beberapa bulan yang lalu, salah satu tetangga saya yang istrinya bekerja sebagai buruh, mengalami kisah yang buat saya cukup memilukan. Sang istri yang bekerja cukup jauh di Cikarang, terkena shift malam lagi, memiliki seorang balita yang baru saja meninggal. Sang suami yang tidak punya pekerjaan, mungkin tidak seterampil kaum wanita dalam mengurus anak. Akibat sakit panas, sang anak tidak mendapat penanganan segera. Walau bagaimanapun ini adalah takdir Allah, semoga dengan musibah ini Allah mengampuni mereka.
Wallahu a'lam.

Comments

Popular posts from this blog

Menuntut Kejahatan Outsourcing

Konsultasi Kesehatan Gratis

Selamat Datang Pemimpin Baru Jakarta