Diskusi Facebookers tentang Haramnya Facebook

Status TM:
Dalil apa y yang dipake ma ulama2 jawa timur, sampe bilang facebook itu haram???


IAA pada 8:36 25 Mei melalui Facebook di Ponsel
Gw sempt dne Brita itu, nmun ksimpuln dri kyai bhwa fb tdk haram jika digunkn pda hal yg positif seprti, silaturhmi LD, da'wah..!! Namun bnyk jg yg mnylhgunkan fb ini utk hal yg Ngtif sprti menipu, maxiat dll.. so hasilnya fine2 az tuh..!!

IL pada 25 Mei 8:37
sampe skg mereka masih bingung cari dalilnya bu....malah kayaknya skg mereka dah punya account facebook wakakaka

MF pada 25 Mei 8:46
Ya, betul kata mas IAA... good answer.

IA pada 8:47 25 Mei melalui Facebook di Ponsel
Dalil gaptek... Dy ga ngerti teknologi.. Pdhl FB itu khn bs mmprerat tali silaturahmi... D radio lg di bhas jg nch..

HA pada 25 Mei 8:48
Sebagai ulama mereka pasti punya perhatian terhadap masalah moral, tapi bagi saya sebenarnya bukan FB yang jadi persoalan tapi, penggunanya. Masalahnya "the man behind the gun" saja.

RP pada 9:09 25 Mei melalui Facebook di Ponsel
Alhamdulillah udh byk yg fham,.
Jgn em0si dl..
Bener bgt "the man behind the gun,.

TM pada 25 Mei 9:24
seperti kata bang napi...
kejahatan itu terjadi klo ada kesempatan..
jadi hal2 negatif itu bisa terjadi tergantung individu dan kemauan masing2...
klo mang ada yang menjadikan FB nya dia u/ negatif2 y silakan...
tapi bukan berarti ulama2 bisa mengeneralisir bahwa semua pengguna FB itu negatif...

JS pada 25 Mei 9:54
yaps setuju mbak .... ibarat pisau bisa untuk membunuh, masa pegang pisau jadi haram ??? memandang lawan jenis juga haram, karena bisa tumbuh nafsu ???? ehmmm ... kurang bijaksana deh ...

HA pada 25 Mei 10:06
maaf dalam agama Islam kita perlu membedakan antara kita mengomentari pendapat orang tentang agama, dan teks agama. Kita bisa tidak setuju pendapat orang, tapi kalau teks quran atau hadits? shall we objection?

VP pada 25 Mei 10:14
ulama itu kaum cerdas yang mengetahui dan memahami banyak hal baik itu persoalan agama, ilmu pengetahuan hingga realita sosial dan politik sekalipun. Tentunya digunakan secara bertanggung jawab u/ kepentingan ummat...
masalahnya sekarang, dari sekian banyak fatwa ulama yg mengharamkan sesuatu apakah sepenuhnya dipahami dan diikuti oleh ummat...?
bahkan mungkin di beberapa kasus, masyarakat justru cenderung mengabaikan... artinya hal seperti itu hampir tidak berdampak bagi perubahan kehidupan masyarakat......
apanya yg salah...?
berarti eksistensi dan kontribusi para ulama sebagai garda depan pejuang moral masih sangat jauh dari kehidupan masyarakat itu sendiri... seperti menara gading yg terpisah dari massa grass root... atau pendekatan yg digunakannya mungkin kurang humanis... karena pada prinsipnya keberadaan ulama toh bukan hanya untuk menghalalkan atau mengharamkan sesuatu...
FB harampun ga jadi soal, asalkan keputusan itu lahir dari proses yg baik, bukan sekedar pemaksaan...

TM pada 25 Mei 10:37
beuh...
panjang amat pak...

HA pada 25 Mei 10:38
Anda benar, anda layak dapat bintang.... karena itu sebaiknya sekarang mungkin lebih baik kalau para ulama gak terlalu gampang untuk mengeluarkan fatwa

JS pada 25 Mei 10:51
yaps ... seperti fatwa haram merokok .... kenyataannya petinggi NU punya pabrik rokok ... bhkan kabarnya ada yang minta jatah untuk out source linting rokok pabrik ternama .....
juga haram golput ... eh golputnya malah naik ...

VP pada 25 Mei 11:08
yg susah itu kan mengubah paradigma dan mindset yg telah menjadi kultur dalam masyarakat...
ga bisa mengubah tabiat, kebiasaan dan budaya hanya dengan unsur pemaksaan sebuah aturan, tapi harus diikuti dg pembinaan yg sinergis... itupun juga butuh waktu, barulah mungkin hasilnya bisa permanen dann masyarakat benar2 berubah...
jangan sampai ummat mengikuti sebuah fatwa hanya didasarkan pada masalah keyakinan dan superioritas derajat keagungan para ulama...
yg terpenting bagaimana qt sebagai insan manusia melakukan pengabdian kepada Tuhan didasari atas kesadaran sepenuhnya dengan pertimbangan nalar logika yg rasional dan keikhlasan menjalankan nilai-nilai agama...

HA pada 25 Mei 11:15
Ironis ya, but still FB ing right?

VP pada 25 Mei 11:22
hahaha.... kalo memang FB masih diperlukan dan ada manfaatnya, ya gunakan itu sebaik2nya...
bukan begitu...?

HS pada 12:15 25 Mei melalui Facebook di Ponsel
Akhirnya VP,bs jg buat analisis yg baik n benar. Teruskan bung, abg setutu dgn analisa ente. Btw b.ongky ajarin dong,jgn tdr doang,kalo ga usir ke, wakakaka

RES pada 25 Mei 15:38
Di Indonesia, gampang banget mendapatkan gelar ulama. Pake sorban, trus hapal sedikit ayat atau hadits... jadi deh ulama. Coba bandingkan kepakaran Imam Syafi'i dengan orang-orang yang disebut ulama pada zaman sekarang... Jauh...

HA pada 25 Mei 16:09
Anda benar - tapi yang salah masyarakat juga karena masih banyak yang belum punya ukuran untuk menilai kapasitas seseorang agar bisa dikategorikan ulama, adik kecil merupakan merupakan pengecualian dari masyarakat kita demikian juga mas VP

VP pada 25 Mei 16:58
bahkan identitas ulama-pun kadang hanya dialamatkan bagi mereka yg memahami ilmu keagamaan...
padahal ulama itu "orang yg berilmu", ilmu dalam konteks apapun dalam dimensi kehidupan manusia...
asalkan senantiasa diperdalam dan dimanfaatkan bagi kehidupan sosial (bermanfaat bagi ummat)...
jadi jangan terlalu dipertentangkan antara ilmu dunia dan ilmu akhirat, yg nantinya malah menimbulkan egosentris masing2 cabang pengetahuan padahal kesemuanya toh seharusnya bermuara pada kesejahteraan ummat manusia dan keridhaan Tuhan...
semua manusia toh dalam proses pencarian menuju kesempurnaan yg hanya milikNya...

RES pada 25 Mei 16:58
Anda benar! Untuk itulah, kita sebagai generasi muda sebaiknya mendekatkan diri kepada khazanah keilmuan para ulama. Ulama kita telah menghasilkan begitu banyak karya ilmiah. Tetapi sedikit dari generasi muda kita yang menjadikannya rujukan. Mungkin karena pengaruh westernisasi yang begitu kuat, jadi yang dianggap sesuai, ya ... apa yang ada di Barat. Padahal dalam Al Quran terdapat larangan keras bagi kita mengikuti adat istiadat orang kafir. (Saya nggak tahu apakah facebook termasuk di dalamnya atau tidak)

RES pada 25 Mei 17:11
@ VP: Sebenarnya apa sih ilmu itu? Ilmu adalah apa yang datang dari Allah dan Rasul-Nya. Ilmu ini sifatnya pasti. Seperti adanya surga dan neraka, ini pasti - tapi ghaib, kita hanya bisa mengetahuinya dari wahyu (karena indra kita tidak memiliki kapabilitas untuk mencapainya).
Sedangkan ilmu yang ada di dunia merupakan penafsiran manusia terhadap gejala alam dan sosial, dan ini sifatnya relatif, bisa jadi sekarang begini, besok begitu.
Baik ilmu agama maupun sains, ga akan bertentangan karena sama-sama berasal dari Allah. Semuanya tergantung manusianya, ada yang bener ada yang error. (mudah-mudahan gue bukan termasuk yang error).
Aduh... panjang banget.... pusing deh yang baca

VP pada 25 Mei 17:12
dimensi globalisasi memang agak mengaburkan perkembangan pemikiran dan pengetahuan dunia Timur...
tapi "Barat = kafir" juga tidak sepenuhnya benar, biarkan Yang Maha Menilai yg menentukan hal itu...
Manusia jangan terjebak dalam justifikasi itu, tugas qt adalah menggali kebenaran dan menyampaikannya...
FB kan hanya jaringan sosial, versi Islaminya juga ada kan...
jangan sampai mempersempit perkembangan pemikiran agama itu sendiri, biarkan pemikiran ummat sedemikian eksploratif dan dialektis dg batasan nilai2 agama yg sudah ada...

RES pada 25 Mei 17:37
Saya tidak mengatakan bahwa semua orang barat adalah kafir. Tetapi tidak dapat dipungkiri, nilai-nilai yang merusak generasi Islam berasal dari barat, seperti free sex, narkoba, miras, dsb yang mana hal tersebut disosialisasikan oleh orang-orang kafir.
Masalah justifikasi kafir, masa' sih kita ga tahu apa artinya kafir, lha wong di Al Qur'an saja jelas siapa yang disebut sebagai orang kafir. Orang-orang kafir adalah orang yang mengingkari dakwah para Nabi. Para Nabi mengajarkan kebenaran dan kebaikan....

VP pada 25 Mei 17:39
wahyu memang "an sich", tak terbantahkan...
u/ hal2 ghaib yang tidak terjangkau dg logika manusia memang wahyu bersifat "informatif", memberikan gambaran u diyakini...
dan dalam ranah jangkauan akal manusia maka wahyu bersifat "konfirmatif", sebagai muara u/ cross check kebenaran relatif hasil pemikiran manusia dg kebenaran mutlak Tuhan... sekaligus penuntun dalam proses penelusuran pengetahuan itu...

RES pada 17:45 25 Mei melalui Facebook di Ponsel
That's right!

RES pada 17:49 25 Mei melalui Facebook di Ponsel
Akal yang sehat selamanya tidak akan pernah bertentangan dengan wahyu dari Allah.

TM pada 25 Mei 18:40
wadukh..wadukh...
kenapa jadi begini y...
mau case closed atau mau dilanjutkan...
terserah kalian sajalah...

HS pada 19:18 25 Mei melalui Facebook di Ponsel
Gmana kalo dilanjutkan disekre biar ga cpe nulis...

ZI pada 25 Mei 20:36
ya lanjut ja, lagian ini jg bs dipandang positif sbg ajang silaturahmi. kan agama jg menganjurkan bnyk2 bersilaturahmi... inilah silaturahmi ala teknologi modern, setuju gak?

TM pada 26 Mei 9:23
yee...
bang blewew.. mangna smuanya anak isc??
seru juga kali y klo semuanya diundang ke sekret buat diskusiin...
dah lama gak kayak gitu neh...

AZ pada 26 Mei 11:59
klo aku gak setuju facebook tu di katakan haram.......! klo facebook haram brarti hidup di dunia ini jg haram ya.....?

RES pada 12:23 26 Mei melalui Facebook di Ponsel
Orang-orang non muslim ga setuju banget kalau babi, bangkai dan darah itu haram. Karena tokoh agama mereka bilang halal.
Jadi kalau Anda muslim, masa' mau ikut tokoh agama lain? Nah, kalau di kalangan ulama ada perbedaan pendapat, cari tahu dong, apa argumen/dalilnya. Jangan cuma ikut2an tapi ga ngerti maksudnya.

RES pada 12:29 26 Mei melalui Facebook di Ponsel
Mereka yang mengharamkan facebook, melihat bahwa facebook bersifat melalaikan. Saya sendiri begitu, dikit2 lihat status/notifikasi, padahal sejatinya banyak pekerjaan riil yang bisa kita lakukan, misalnya ramah tamah ke lingkungan sekitar, baca buku, baca Quran dsb. Kita menghargai sajalah pendapat mereka.

RES pada 26 Mei 12:34
Mereka yang mengharamkan facebook toh sebenarnya menghendaki kebaikan, dengan persepsi yang ada pada mereka. Begitu pula Anda, pasti juga menginginkan kebaikan. Jadi, apa salahnya saling menghargai?

VP pada 26 Mei 13:01
hal ini jugalah yg seharusnya dilihat oleh ulama, para pemuka agama...
Bahwa perbedaan yg muncul di tingkatan para ulama, bisa jadi adalah sebuah berkah yg bermanfaat bagi ummat...
tapi apabila perbedaan pendapat ini terjadi dalam wilayah mayoritas ummat yg masih awam, besar kemungkinan akan memunculkan friksi dan perpecahan...
disinilah peran yg lebih krusial, tidak hanya mengeluarkan sebuah fatwa namun juga mengawal implementasinya dan menetralisir kontroversi yg disebabkan beragamnya acceptabilitas ummat...

TM pada 26 Mei 13:43
hmm...
saya menjadi semakin bingung....

AZ pada 26 Mei 14:57
Gak ush bingung mbx tena......... Kt hargai aj pdpt org lain............
di samping itu kt kan bs mngbil ksimpulan......... hahahhahahahaha.................................!

RES pada 26 Mei 15:47
Wow... diskusinya jadi panjang yah...
Begini, saya pengen cerita, bagaimana sebuah fatwa bisa dibuat. Fatwa itu lahir karena ada yang bertanya. Misal, saya bertanya ustadz, kalau saya begini, begini lalu begini hukumnya bagaimana Ustadz? Ustadz akan berfikir, kemudian menyimpulkan hukumnya. Kalau kita tidak menceritakan secara komplit, bisa jadi kita mendapatkan fatwa yang salah, karena ada "sesuatu" yang kita sembunyikan atau lewatkan.
Begitu juga ketika kita berobat ke dokter, kita bilang "saya panas, demam, pusing" kemudian kita dikasih obat (flu misalnya), tetapi stelah 4 hari gak sembuh-sembuh. Kemudian kita ganti berobat ke dokter lain, kita bilang bahwa kita juga mual-mual dan muntah (selain pusing, demam dan panas), akhirnya kita diberi obat untuk tipes dan akhirnya sembuh. Gak bisa kan kita bilang dokter pertama itu "gak bener", karena memang kita lupa bilang ke dokter pertama kalau kita juga mual (mungkin muntahnya belum terlalu)....

TM pada 26 Mei 16:01
aku tau...
berarti yang salah orang yang cerita tentang facebook ma para ulama di jawa timur...
gak salah c, tapi mungkin ceritanya lum lengkap...
tul gak om RES??? hehehe.......

RES pada 26 Mei 16:04
Bisa jadi....

TM pada 26 Mei 16:06
wakh... brarti harus dicari tau... syapa yang cerita ma para ulama di jawa timur...

VP pada 26 Mei 16:25
semakin jelas ya... fatwa adalah pendapat seorang manusia dalam hal ini pemuka agama sekalipun, tidak mengikat dan boleh diikuti atau tidak...
tapi toh ndak bisa juga dibuat analogi yg simpel bahwa hanya dg memasukkan data2 yg lengkap lalu kemudian seketika akan keluar hasil yg valid... karena ini sifatnya kualitatif jadi butuh kebijaksanaan dan faktor2 pendukung lainnya...

RES pada 17:12 26 Mei melalui Facebook di Ponsel
Betul sekali, juga bergantung pada tingkat keilmuan dan keahlian para Ulama.
Ulama juga punya jenjang lho, dilihat dari kapabilitasnya. Ada ulama yang pakar tafsir, tapi dari sisi ilmu hadits belum tentu sebanding dg ulama lain. Buat kita yang awam bisa dilihat dari biografinya atau karya tulisnya.

RES pada 17:48 26 Mei melalui Facebook di Ponsel
Satu lagi, setiap ulama yg berijtihat pasti dapat pahala. Jika ijtihadnya benar dapat 2 pahala, jika salah dapat 1 saja. Sedangkan jika kita menghujat ulama, kita dapat dosa.
Tapi perlu diingat, ada juga yg penampilannya ulama, tetapi sejatinya perusak umat, istilahnya ulama suu'. Jadi kita juga harus cermat dan waspada.

Selesai

Catatan:
Nama-nama peserta diskusi sengaja saya samarkan untuk menjaga privasi

Comments

Popular posts from this blog

Menuntut Kejahatan Outsourcing

Konsultasi Kesehatan Gratis

Selamat Datang Pemimpin Baru Jakarta