Hati dan Sikap Terhadap Kebenaran
Karena rutinitas sehari-hari yang padat, seringnya kita tidak memperhatikan lingkungan sekitar. Sehingga jika kita diminta menentukan pilihan, kita cenderung cuek dan hanya mendengarkan apa kata orang banyak. Kita mungkin berpikir (atau memang nggak kepikiran) untuk menggali lebih dalam sebuah kebenaran.
Kebenaran yang biasa kita terima adalah apa yang dianggap benar oleh lingkungan. Padahal kita perlu bertanya, apakah lingkungan yang kita tinggal di dalamnya adalah lingkungan yang baik? Jika kita terbiasa pada lingkungan yang buruk, kepekaan hati ini semakin berkurang, kalau tidak mau dikatakan luntur.
Pada awalnya, hati ini ibarat kain yang putih bersih. Selama kita bisa menjaganya ia akan tetap putih dan bersih. Namun, seiring kerasnya kehidupan, kain ini bisa ternoda, maka taubat ibarat "laundry service" yang akan kembali membuat hati kita kembali seperti fitrahnya.
Bayangkan (tapi ga usah terlalu lama membayangkan), jika kain ini terkotori tanpa ada usaha untuk membersihkannya. Dan kain ini adalah perumpamaan dari hati manusia.
Kebenaran yang biasa kita terima adalah apa yang dianggap benar oleh lingkungan. Padahal kita perlu bertanya, apakah lingkungan yang kita tinggal di dalamnya adalah lingkungan yang baik? Jika kita terbiasa pada lingkungan yang buruk, kepekaan hati ini semakin berkurang, kalau tidak mau dikatakan luntur.
Pada awalnya, hati ini ibarat kain yang putih bersih. Selama kita bisa menjaganya ia akan tetap putih dan bersih. Namun, seiring kerasnya kehidupan, kain ini bisa ternoda, maka taubat ibarat "laundry service" yang akan kembali membuat hati kita kembali seperti fitrahnya.
Bayangkan (tapi ga usah terlalu lama membayangkan), jika kain ini terkotori tanpa ada usaha untuk membersihkannya. Dan kain ini adalah perumpamaan dari hati manusia.
Comments